Hendri Kampai: Kenapa Lapor Lagi? Emangnya Kantor Pajak Kerja Apa?

    Hendri Kampai: Kenapa Lapor Lagi? Emangnya Kantor Pajak Kerja Apa?

    PEMERINTAHAN - Coba bayangkan, setiap kali kita belanja, transaksi kita sudah otomatis dipotong pajak. Entah itu beli barang di toko, makan di restoran, atau transaksi bisnis, si penjual atau pembeli sudah ambil jatah pajak dari kita. Eh, tapi anehnya, pas akhir tahun, kita malah diminta lagi sama kantor pajak buat laporan. Lah? Bukannya mereka udah tahu duit kita dipotong? Kok kayaknya kantor pajak bikin kita kerja dua kali? Jadi kepikiran, sebenernya tugas mereka apa sih?

    Pekerjaan Kantor Pajak: Nggak Efisien atau Memang Begitu Caranya?
    Kalau dipikir-pikir, sistem pajak kita ini seperti mesin yang belum rampung dikerjakan. Harusnya, kalau teknologi sudah canggih, data dari setiap transaksi otomatis masuk ke sistem mereka. Jadi, bukannya wajib pajak yang capek bikin laporan, harusnya kantor pajak ngasih laporan ke kita, kayak: Pak, Bu, ini rincian pajak yang sudah Anda bayar tahun ini. Aman ya, nggak usah repot-repot laporan lagi. Nah, itu baru kerja yang bikin kita merasa dihargai sebagai pembayar pajak.

    Tapi kenyataannya? Masih banyak banget yang bolak-balik isi laporan ini-itu. Kalau gini caranya, kita wajar dong curiga. Jangan-jangan, ada permainan di belakang layar? Bisa jadi ada pajak yang hilang di jalan karena sistem yang nggak sinkron. Kok rasanya nggak enak ya, duit kita dipotong terus, tapi mereka nggak tanggung jawab sama transparansi pelaporannya?

    Kalau Pegawai Pajak Cuma Duduk, Apa Tugasnya?
    Kalau semua laporan dikerjain wajib pajak, terus pegawai pajak tugasnya apa? Apakah mereka cuma duduk di meja, minum kopi, sambil nunggu laporan datang? Mestinya enggak, kan. Idealnya, tugas pegawai pajak itu lebih dari sekadar terima laporan. Mereka harus:

    1. Ngurus Data Pajak dengan Benar: Kalau semua data transaksi udah otomatis masuk ke sistem, ya mereka harusnya cuma tinggal validasi. Bukannya nambah-nambah kerjaan orang.

    2. Jaga Transparansi: Jangan bikin sistem pajak ini kayak “kotak hitam” yang isinya nggak pernah jelas. Harusnya, mereka kasih laporan rinci ke kita tentang ke mana duit pajak kita pergi.

    3. Pastikan Nggak Ada Pajak yang Hilang: Kalau ada pajak yang nggak nyambung, tugas mereka tuh nyari solusinya, bukan bikin kita bingung dengan sistem yang ribet.

    Solusi Biar Nggak Lagi Bingung
    Kita semua tahu, bayar pajak itu kewajiban. Tapi caranya juga harus masuk akal. Nih, ada beberapa solusi yang mungkin bisa bikin sistem pajak lebih masuk di akal:

    1. Otomasi Total: Kalau semua transaksi sudah otomatis tercatat, kantor pajak tinggal bikin laporan dan kasih ke kita. Jadi nggak ada lagi cerita kita yang harus kerja dua kali.

    2. Hapus Pelaporan Tambahan: Kalau udah ada pajak yang dipotong di depan, ngapain kita masih disuruh laporan lagi? Harusnya, itu jadi tanggung jawab mereka, bukan kita.

    3. Transparansi Itu Wajib: Kantor pajak harus kasih tahu kita dengan jelas, ke mana pajak kita larinya. Kalau nggak, wajar dong kita curiga? Jangan-jangan ada yang nyelip.

    Rasa Curiga yang Manusiawi
    Pada akhirnya, kalau sistem pajak masih kayak gini, wajar kok kalau kita jadi curiga. Duit kita dipotong terus, tapi pelaporannya nggak jelas, tugas kantor pajak nggak kelihatan, dan semuanya kayak jadi beban buat kita sendiri. Bukannya bikin kita rajin bayar pajak, ini malah bikin kita mikir,  “Lah, buat apa bayar pajak kalau cara mainnya kayak begini?

    Jadi, buat kantor pajak di luar sana, ini tantangan: buktikan kalau sistem pajak kita itu adil, transparan, dan nggak bikin ribet. Kalau kalian bisa, kami, para wajib pajak, pasti senang hati bayar pajak. Tapi kalau enggak? Hmm, maaf ya, nggak salah dong kalau kita curiga.

    Jakarta, 21 November 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai pajak
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing
    Hendri Kampai: Harta Karun Indonesia, Jangan Sampai Jatuh ke Tangan yang Salah!
    Mengapa Finlandia dan Denmark Lebih Bahagia Daripada Amerika Serikat

    Ikuti Kami